Apabila anda memulai menjalankan bisnis atau berinvestasi adalah : selalu mempunyai gagasan beresiko rendah sebagai tempat anda jatuh, Apapun jenis bisnis anda... (mirip iklan di TV, he...7x)
Anda sudah tahu segmen pasar-nya, tahu bagaimana cara mendatangkan konsumen untuk “berduyun-duyun” membeli produk anda dan menurut anda, produk ini belum ada di pasaran. Sesuatu yang “new” lah.
Kemudian anda siapkan rencana bisnis anda sematang mungkin. Mulai dari memilih lokasi usaha, menyeleksi karyawan, hingga membeli peralatan produksi seperti mesin penyuwir daging dan peniris minyak.
Nah, seandainya nih, produk anda anda gagal. Anda masih bisa mengembalikan investasi yang telah anda tanam. Caranya? Dengan anda merubah produk anda yang tadinya abon ikan bandeng, berubah menjadi usaha abon ayam yang pasarnya sudah jelas.
Semua mesinnya sama, tempat atau lokasi usahanya juga nggak perlu pindah. Karyawannya tinggal dibiasakan menggunakan bahan baku ayam. Jenis pasarnya, anda juga sudah tahu mau dilempar kemana. Wong abon ayam familiar dengan kebanyakan lidah orang dan anda masternya usaha abon… Resiko anda kecil.
Beda ceritanya kalau anda buka usaha bandeng presto, kemudian gagal karena anda nggak bisa memasarkannya. Tiba-tiba anda beralih ke bisnis fotocopy yang menurut anda lebih menjanjikan. Bisa-bisa ntar anda fotocopy KTP konsumen anda menggunakan mesin presto, karena modal anda habis nggak bisa beli mesin fotocopy. Paham kan?
Contoh lainnya, anggaplah anda terjun di bisnis properti. Anda beli rumah dengan tujuan untuk anda jual kembali jika nilainya sudah meningkat. Jika investasi anda tersebut bisa memberikan pemasukan bulanan kepada anda, hal itu merupakan investasi beresiko rendah.
Bahkan jika properti anda nantinya tidak meningkat nilainya, anda tetap bisa mendapatkan kompensasi dari investasi anda dengan mendapatkan uang tiap bulannya dari menyewakan rumah anda. Hal ini (menyewakan rumah) sudah saya jalankan selama hampir 3 tahun.